Kota Thaif adalah kota besar ketiga setelah Kota Makkah dan Madinah. Kota ini berada di sebelah tenggara Makkah yang berjarak sekitar 75 mil. Kota Thaif didiami oleh suku Tsaqif atau Bani Tsaqif. Mengutip dari buku Sirah Nabawiyah karya Abul Hasan Ali al-Hasani an-Nadwi, nama Thaif diambil dari keberadaan pagar atau tembok yang mengelilingi kota tersebut. Kota Thaif menyimpan sejarah keislaman sebab Rasulullah SAW pernah mendatangi kota tersebut untuk berdakwah.
Sepeninggal Abu Thalib dan Khadijah Radhiyallahu anha , gangguan kaum Quraisy terhadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam semakin meningkat. Kaum Quraisy tak peduli dengan kesedihan yang tengah menghinggapi diri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Hingga akhirnya, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam memutuskan keluar dari Mekkah untuk menuju Thaif. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berharap penduduk Thaif mau menerimanya.
Harapan Rasullullah ternyata tinggal harapan. Penduduk Thaif menolak beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mencemoohnya, bahkan mereka memperlakuan secara buruk terhadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan melemparinya dengan batu, ada beberapa cerita yang akhirnya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam harus bertahan di Masjid Addas.
Kenyataan ini sangat menggoreskan kesedihan dalam hati Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka beliaupun kembali ke Mekkah dalam keadaan sangat sedih, merasa sempit dan susah.
Kota Thaif dihuni oleh orang-orang kaya dan para pemuka kaum Quraisy yang membangun istana-istana di sana. Namun, kekayaan yang melimpah tersebut justru mengakibatkan kerusakan moral masyarakat. Orang kaya yang tinggal di Kota Thaif dikenal gemar melakukan perbuatan riba, zina, dan meminum khamr.
Kota Thaif memiliki sumber air yang melimpah, tanah yang subur, pepohonan yang berbuah lebat sehingga di kota itu banyak pembuatan khamr atau minuman anggur.
Kota Thaif pada saat itu menjadi tempat penyembahan Lata, yaitu patung yang disembah dan dijadikan tujuan ritual tahunan. Sementara itu, kaum Quraisy memandang patung Lata sebagai pesaing patung Hubal atau patung milik kaum Quraisy yang paling besar. Keadaan penduduk kota Thaif kurang lebih hampir sama dengan penduduk Quraisy yang menyembah patung.
Namun kesedihan ini tidak berlangsung lama. Karena sebelum beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai di Mekkah, saat melakukan perjalanan kembali dari Thaif, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendapatkan pertolongan Allah Azza wa Jalla . Pertolongan ini sangat berpengaruh positif pada jiwa beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam , mengurangi kekecewaan karena penolakan penduduk Thaif, sehingga semakin menguatkan tekad dan semangat beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam mendakwahkan din (agama) yang hanif ini.
Pertongan pertama datang saat beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berada di Qarnuts-Tsa’âlib atau Qarnul-Manazil. Allah Azza wa Jalla mengutus Malaikat Jibril Alaihissallam bersama malaikat penjaga gunung menimpakan Akhsabain namun Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam menolaknya karena berharap supaya anak keturunan penduduk Thaif kelak menjadi orang yang bertauhid kepada Allah.
Kemudian pertolongan dan dukungan yang kedua, yaitu saat beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berada di lembah Nakhlah, dekat Mekkah. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tinggal disana selama beberapa hari. Pada saat itulah Allah Azza wa Jalla mengutus sekelompok jin kepada beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka mendengarkan al-Qur`ân dan kemudian mengimaninya. Peristiwa itu disebutkan Allah Azza wa Jalla dalam dua surat, yaitu al-Ahqâf dan al-Jin ayat 1 hingga 15.
Kedua peristiwa di atas meningkatkan optimisme beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam , sehingga bangkit berdakwah dengan penuh semangat tanpa peduli dengan berbagai tantangan yang akan dihadapinya.
Setelah kembali ke Mekkah, Rasullullah mendapatkan perlindungan dari al-Muth’im bin ‘Adiy, sehingga kaum kafir Quraisy tidak leluasa mengganggunya. Al-Muth’im memiliki dua jasa sangat besar kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Pertama, ia memiliki peran dalam perusakan kertas perjanjian pemboikotan yang ditempelkan di dinding Ka’bah. Kedua, ia memberikan perlindungan saat kaum Quraisy berusaha mengusir dan mengganggu beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jasa al-Muth’im ini selalu diingat oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Sehingga seusai mengalahkan kaum kafir Quraisy dalam Perang Badr, Rasulullah bersabda “Seandainya al-Muth’im bin Adiy masih hidup, lalu dia mengajakku berbicara tentang para korban yang mati ini (maksudnya, meminta beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam membebaskan mereka, maka tentu aku serahkan mereka”.
PELAJARAN DARI KISAH DIATAS
1. Prioritas dakwah Rasulullah terhadap tokoh kabilah Tsaqif di Thaif kala itu merupakan bukti pentingnya menyampaikan dakwah kepada para tokoh panutan manusia.
2. Rasulullah bersikap sabar menghadapi perlakuan buruk para penentangnya. Meskipun mendapatkan perlakuan buruk, Rasulullah tidak mendoakan kepada Allah agar menurunkan siksa kepada mereka. Namun sebaliknya, Rasulullah mendoakan agar mereka mendapatkan hidayah, dan Allah memperkenankan doa beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
3. Perjumpaan jin dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di lembah Nakhlah merupakan bukti, bahwa jin itu ada dan mereka itu juga mukallaf. Di antara jin ada yang beriman, dan ada juga yang kafir.
4. Berimannya sekelompok jin tersebut merupakan hiburan bagi beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam , setelah mendapatkan perlakuan buruk dari penduduk Thaif.
5. Dalam kisah rihlah (perjalanan) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ke Thaif dan penderitaan yang beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam alami terdapat pelajaran bagi para da’i. Jika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menanggung derita, maka begitu juga para da’i. Oleh karena itu, pada da’i wajib mempersiapkan diri, karena dakwah merupakan jalan para nabi dan orang-orang shalih. Juga dikarenakan tuntutan hikmah Allah Azza wa Jalla bahwa din ini tidak akan dimenangkan kecuali dengan amalan dan usaha keras manusia.
Beberapa Situs/ Tempat Wisata di Kota Thaif
Berikut ini beberapa situs atau tempat wisata di Kota Thaif:
– Jabal Al Nour
– Bukit Shafa
– Al-Rudaf Park
– Souk Okaz
– Taman Buah Thaif
– Benteng Thaif
– Masjid Al-Miqat
Untuk anda yang ingin beribadah dan merasakan jejak Rasulullah bisa umroh bersama Umroh Perubahan, dengan mengunjungi kota Thaif yang terdapat banyak keistimewaan di kota tersebut, diantaranya yaitu:
– Kota yang aman
– Kota yang diberkati/ di doakan oleh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam
– Kota yang memiliki banyak tempat wisata seperti Gua Hira, Masjid Addas, Benteng Thaif, Air terjun Thaif dan masih banyak lagi.
– Kota Thaif lokasinya dekat dengan Gua Hira, tempat turunnya wahyu pertama surat Al-Alaq.
– Tempat miqat bagi Jemaah Haji. Masjid Al-Miqat adalah tempat para jamaah haji memulai ihram mereka untuk memasuki Mekah. Masjid ini terletak di pinggiran kota Thaif
– Pemandangan yang indah seperti kebun dan gunung bebatuan menjadi salah satu daya tarik kota Thaif, terlebih bisa pemandangan tersebut dilihat dari atas menggunakan kereta gantung/ telefric.